PAGELARAN WAYANG, PUNCAK ACARA BERSIH DESA “TLOGOMAS DUWE SEJARAH”

img_20150329_010743Betul betul kerja keras panitia hingga malam ini Sabtu, 28 Maret 2015 kegiatan Bersih Desa tiba di puncak acara, yakni menampilkan pagelaran wayang kulit dengan dalang asli putra daerah yaitu ki dalang Ardi Proboantono. Para wiyogo dan waranggono yang malam ini tampil maksimal mengiringi ki dalang  dalam lakon Banjaran Bima. Kebetulan yang duduk di  sebelah saya adalah Hadi (60th) ayah dari ki dalang Ardi. Beliau menceritakan sedikit gambaran tentang lakon Banjaran Bima. Bima sebagai salah satu dari pendekar Pandawa Lima diceritakan sejak lahir hingga dewasa menjalani kehidupan dengan jiwa ksatria. Bagaimana Bima bersikap saat kurawa berusaha untuk menyakiti pendawa. Batara Durna yang menjadi  guru dari pendawa dan kurawa merasa kesulitan dalam menyelesaikan perselisihan diantara mereka. Kurawa selalu berusaha untuk mengalahkan pendawa, akan tetapi pendawa memang dilahirkan untuk menjadi ksatria yang baik dan bijaksana.

Tari Remo sebagai tarian pembuka di acara pagelaran wayang dibawakan oleh mbah Sangat salah satu  seniman kawakan milik TlogomasPara undangan yang hadir saat ini begitu menikmati lakon yang dimainkan okeh ki dalang Ardi. Nampak Rustamadji, selaku Camat Lowokwaru serius mengikuti jalannya cerita. Begitu pula dengan para undangan lainnya, hadir ditengah tengah masyarakat bapak Camat Kedungkandang yang dahulu pernah menjadi lurah Tlogomas, Sekcam Lowokwaru, seluruh Lurah se kecamatan Lowokwaru, Para Mantan Lurah Tlogomas, dan seluruh masyarakat Tlogomas. Semuanya menikmati pagelaran wayang ini.

IMG_20150329_010614Malam semakin larut, namun masyarakat tak bergeming dari tempat duduknya. Hujan gerimis yang sempat mengiringi di awal acara, reda seiring dengan tabuhan suara gamelan. Dalam kegiatan puncak ini juga diumumkan pemenang Kirab Budaya yang diraih oleh RW 01 sebagai juara 1 dan RW 05 sebagai juara 2.

KIM Tlogomas dan Panitia bagian konsumsi berfoto sebelum acara pagelaran wayang dimulai

Pagelaran wayang ini berakhir sekitar pukul 04.00 pagi hari, sementara beberapa warga masih saja mengikuti pagelaran wayang ini hingga acara benar benar usai. “Ini sebuah bentuk dukungan masyarakat akan kecintaan terhadap tanah leluhur..” begitu Pantjawati yustikarini selaku ketua KIM berujar. Wayang disamping menceritakan tentang tokoh pewayangan, namun didalamnya ada ketinggian falsafah hidup yang perlu kita tiru.. pagelaran wayang ini juga bisa digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat setempat. Keunikan gaya bahasa, humor, dan langgam yang disampaikan oleh dalang, menjadi daya tarik tersendiri akan penyampaian informasi. Begitu ujar Pantja mengakhiri aktivitas KIM yang di pimpinnya setelah semalam suntuk mengikuti kegiatan pagelaran wayang. (tjay)

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.