JAMAAH SHOLAWAT AL MADINAH

20140531_200158[1]

20140531_200631[1]

20140531_201337[1]

20140531_202726[1]

20140531_214716[1]

Sebuah semangat keagamaan yang besar dengan niat syiar melalui kegiatan bersholawat. Majelis Sholawat ini berawal ketika salah satu personel grup sholawat AN NIDA RW 07 Kelurahan Tlogomas melakukan open house dengan menampilkan kegiatan sholawat pada malam tahun baru dengan menghadirkan grup sholawat bapak bapak dan grup sholawat ibu ibu. Dari kegiatan ini muncullah keinginan untuk membentuk komunitas Jamaah sholawat untuk melakukan kegiatan sholawat kubro per 3 bulan sekali. Terbentuklah Majelis sholawat MAYSARO yang merupakan singkatan dari Majelis Syafaat Rosul dibawah binaan ibu Peni Suparto. Berjalan selama 1 tahun, komunitas jamaah yang personelnya hampir mencapai 300 orang berasal dari grup sholawat di berbagai wilayah kota Malang ini ternyata berjalan tak semulus keinginan hati untuk syiar islam melalui sholawat. Tepat setahun berdirinya MAYSARO bubar.

Akhirnya, didukung oleh semua pihak baik dari masyarakat dan unsur keagamaan, maka dibentuklah Paguyuban Seni Sholawat yang anggotanya terdiri dari grup sholawat di wilayah Kelurahan Tlogomas. Muhammad Taufiq yang membidani kelompok yang menamakan dirinya Paguyuban Seni Sholawat. Paguyuban Seni sholawat inilah yang akhirnya merubah dirinya menjadi Majelis Sholawat AL MADINAH yang merupakan singkatan dari Majelis Diba’, Nasyid dan Holaqoh.

Saat ini majelis Sholawat AL Madinah sudah bergabung sekitar 15 grup jamaah sholawat melakukan kegiatan sholawat kubro setiap 3 bulan sekali. Dengan motto “dengan bersholawat kita membangun umat” diharapkan Majelis Sholawat Al Madinah dapat menjadi ciri khas nilai keragaman dalam menerapkan kehidupan beragama di wilayah kelurahan Tlogomas.

hh hihi

KUNJUNGAN STUDI BANDING PESERTA DIKLATPIM IV SULTERA

Lurah Tlogomas Aryadi Wardoyo, Selasa 23/9, menerima kunjungan studi banding peserta Diklatpim Tingkat IV Provinsi Sulawesi Tenggara. Rombongan tamu sebanyak 10 orang dipimpin oleh La Ode Harifu SSi dari Badan Diklat Provinsi Sulawesi Tenggara.
Dalam kesempatan itu, Lurah menjelaskan gambaran umum Kelurahan Tlogomas, mulai dari luas wilayah, jumlah penduduk termasuk mahasiswa pendatang yang jumlahnya cukup besar karena di sekitar kelurahan ini terdapat setidaknya 5 perguruan tinggi. Selain itu dipaparkan pula produk-produk unggulan dari 9 RW dalam wilayah Tlogomas, dan berbagai upaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, kesehatan, kesejahteraan keluarga, sumberdaya manusia, partisipasi masyarakat dll.
Semua itu pada intinya adalah membangun sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Acara diisi pula dengan tanya-jawab, dan penyerahan cenderamata untuk rombongan tamu. Rombongan dari Sulawesi Tenggara sebenarnya terdiri dari 30 orang, yang terbagi dalam 3 rombongan kecil masing-masing 10 orang, meninjau 3 obyek studi banding. Selain Kelurahan Tlogomas, rombongan sisanya mengadakan kunjungan ke Dinas Pendapatan serta ke Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang.
Kunjungan semacam ini adalah yang ketiga kalinya diterima Kelurahan Tlogomas setelah meraih penghargaan kelurahan terbaik tingkat nasional Adikarya Bhakti Praja tahun 2014 bulan Agustus silam.

POSYANDU KEL. TLOGOMAS

1. Revitalisasi Posyandu disertai dengan pelatihan kader Posyandu

  • Mengadakan penambahan dan pembinaan kader Posyandu dalam penyempurnaan sistem informasi Posyandu. Dengan semakin banyaknya kader posyandu yang bergabung dalam Posyandu Tlogomas diharapkan kemudahan dalam memberikan informasi kepada warga Tlogomas tentang hidup sehat.

2. Penyuluhan pentingnya pemberian ASI EKSKLUSIF, MP – ASI , PMT bagi balita

  • Dengan diadakannya kegiatan ini diharapkan agar masyarakat di Wilayah Kerja Tlogomas mengetahui akan pentingnya pemberian ASI EKSKLUSIF bagi bayi usia 0 – 6 bulan dikarenakan kebutuhan kalori bayi usia 0 – 6 bulan mampu dipenuhi 100 % oleh ASI, sedangkan kebutuhan kalori pada bayi usia 6 – 12 bulan hanya mampu dipenuhi 60% oleh ASI sehingga dibutuhkan Makanan Pendamping ASI ( MP – ASI ), dan kebutuhan kalori pada balita hanya mampu dipenuhi 20% oleh ASI sehingga sangat dibutuhkan Pemberian Makanan Tambahan bagi balita. Hal ini dilakukan untuk menciptakan anak – anak dengan pertumbuhan status gizi yang dianjurkan sesuai dengan laju pertumbuhan yang dianjurkan oleh WHO yang dapat dinilai melalui KMS.

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar KB

  • Guna mendukung program BKKBN ,” Dua Anak Lebih Baik”, maka dilakukan program peningkatan pelayangan kesehatan dasar KB oleh Posyandu di Wilayah Kerja Tlogomas. Ada berbagai macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan antara lain: KB hormonal, AKDR, Implant. Dan setiap tahun dilakukan Vasektomi dan Tubektomi secara gratis pada warga yang kurang mampu dan ingin menjalakan kontrasepsi mantap.

4. Penyuluhan gizi seimbang bagi Bumil, dan Busui

  • Dengan diadakannya kegiatan ini diharapkan agar masyarakat di Wilayah Kerja Tlogomas mengetahui akan pentingnya memperhatikan gizi seimbang bagi ibu hamil dan menyusui, dikarenakan pada ibu hamil dan ibu menyusui terjadi peningkatan kebutuhan kalori, sehingga dibutuhkan makanan tambahan yang bergizi agar tidak berdampak pada pertumbuhan janin dan bayi.

5. Memasyarakatkan Gerakan Sayang Ibu

  • Memeriksakan Bumil minimal selama 4x. Dengan diadakannya kegiatan ini diharapkan agar masyarakat di Wilayah Kerja Tlogomas dapat melakukan Ante Natal Care ( ANC ) secara berkala yaitu minimal 4x selama masa kehamilan. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin.
  • Merencanakan persalinan yang aman. Guna mencegah peningkatan Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Balita ( AKBAL ), maka dilakukan perencanaan persalinan yang aman bagi ibu dan janin.

6. Meningkatkan kesehatan diri dan keluarga

  • Meningkatkan kesehatan reproduksi. Kanker serviks adalah salah satu penyakit mematika bagi wanita. Guna mencegah peningkatan prevalensi di Tlogomas, maka dilakukan kegiatan guna meningkatkan kesehatan reproduksi, misalnya dengan kegiatan penyuluhan tentang kanker serviks dan dilakukan PAP SMEAR gratis bagi masyarakat yang kurang mampu di wilayah Tlogomas.
  • Membiasakan cuci tangan dengan sabun. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering terjadi di Indonesia. Untuk mencegah hal itu terjadi, Posyandu di Wilayah Kerja Tlogomas dilakukan kegiatan membiasakan cuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah melakukan kegiatan apapun.

BANTENGAN/KUDA LUMPING

Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia ,Suriname, Hongkong, Jepang dan Amerika.

Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang, sehingga pada masyarakat jawa sering disebut sebagai jaran kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reyog abad ke 8.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.

Di Jawa Timur, seni ini akrab dengan masyarakat di beberapa daerah, seperti yang terletak di kelurahan Tlogomas. Di kelurahan yang terletak di Kota Malang ini biasanya ditampilkan pada ajang-ajang tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.

Dalam pementasanya, tari kuda lumping menggunakan kaca,beling,batu,dan jimat. Para penari kuda lumping sangat gila

Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional kuda lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka